Kamis, 08 Mei 2008

Hi Child, Where Are You?



Assalamu'alaikum Warrakhmatullah...

Jika teringat tentang dikau
jauh di mata dekat di hati
Apakah sama yang kurasa

ingin jumpa walau ada segan

Tak ada niat untuk berpisah denganmu...


Uppz.... cory ya langsung nyanyi. But, pernah denger lagu itu khan? Lagu itu, meski udah bertaon-taon yang lalu, tapi masih nempel di kuping kita. Tul? Yup, emang bagus sih. Karena lagu itu emang diciptain buat orang-orang yang lagi fallin' love. Tapi, apa benar begitu? Mengingat bahwa lagu itu sering dinyanyiin di acara pencari bakat anak. Katanya sih "anak", tapi out putnya kok jadi ABG yach. Mereka lebih sering nyanyiin lagu-lagu cinta daripada nyanyiin lagu mereka sendiri. (deu.. sedihnya.). Alhasil.. lagu yang seharusnya diekspresikan dengan ekspresi yang... -ya gitu deh- jadi diekspresikan dengan cerianya. Ya. Nggak ada yang salah sih di sini. Emang begitulah bakat alamiah seorang anak.

Nyadar nggak? Coba deh, dieeem.. bentar. Dengerin lingkungan di sekitar kita. Sekarang udah nggak ada lagi yang namanya Pelangi, Balonku, Naik Delman, or Hujan Rintik-rintik. Yang ada cuma Ketahuan, Selingkuh, sama yang bikin tambah ngeri : Makhluk Tuhan Yang Paling Seksi. MasyaAllah.... Masa' lagu kayak gitu dinyanyiin sama anak usia lima taun! Pagi
uthug-uthug, dia udah gembar-gembor O..o.. kamu ketahuan, pacaran lagi, dengan dirinya... Gubrak! Yang bikin heran lagi, si ortu justru bangga dengan perkembangan si anak. Lhadalah. Mungkin bagi para ortu bisa berdalih kalo semua itu adalah 'tuntutan zaman'. Zaman udah berubah, dan sekarang udah waktunya buwat mendewasakan anak lebih dini. Dengan menjabrikkan rambut anak cowok mereka, or makein baju yang rada seksi buwat yang cewek.

Pak..Bu..
Pernah makan sawo yang diimbu? (dipetik waktu masih mentah, trus disimpen dulu sampe mateng, gitu.). Apa bedanya sama sawo yang bener-bener udah mateng dari pohonnya? Lebih mak nyus yang terakhir kan? Itulah yang menggambarkan usaha-usaha Pak-Bu seperti di atas. Mereka itu anak, Pak. Just little human (chie..). Bukan temennya Neo yang ada di Matrix, yang cuma butuh sekeping CD buwat belajar sesuatu yang baru. Mereka butuh proses. Dan proses itu baru sampai pada tahap anak-anak. Tolong donk, perlakukan mereka selayaknya anak. Bukan berarti menganggap mereka itu lemah, bukan. Tapi biarkan semuanya mengalir begitu saja. Biarkanlah terjadi apa adanya. N di sinilah peran ortu dibutuhkan. Ibarat kereta, ortu-lah yang harus meluruskan kereta jika kereta itu menyimpang dari rel.

Sabar, dan tunggulah. Kedewasaan itu akan datang dengan sendirinya.

Wassalamu'alaikum...