Minggu, 30 Januari 2011

Alena; Selubung Cinta Sepanjang Muzdalifah (Sebuah Resensi)

Hai...hai..hai.... I come back! (halah). Kali ini aku akan mengulas sebuah novel yang baru saja aku baca. Rada telat juga sih, baru baca sekarang, ;P. Sebenarnya aku sudah lama beli novel itu, tapi ngikut ketumpuk-tumpuk sama buku-buku lain. Tadi sore ngga sengaja nemu, jadi baru baca sekarang deh...hehe. Tapi tak apalah. Tiada kata telat untuk memulai sesuatu yang baik.
Novel ini mengisahkan tentang perjuangan cinta seorang gadis bernama Alena Supraba yang digambarkan sebagai gadis all in one. Aku bilang gitu soalnya emang all in one beneran: cantik, bodinya oke, baju-bajunya selalu fashionable dari lingerie, tank top, sampai busana muslimah (nah lhoh apa nggak komplet itu namanya?), gaul, smart, tapi juga jago muratal, n hafal Juz Amma (tambah pusing kan?).
Konflik pertama dimulai dengan pertunangannya dengan Haikal, mantan pacar Alena semasa SMA yang terkenal sebagai Ice Prince. Dan dia semakin “membeku” tatkala hari-harinya dihabiskan untuk mempersiapkan diri sebagai kandidat wakil rakyat, mengesampingkan keberadaan Alena yang sudah berstatus sebagai calon istrinya. Hubungan keduanya semakin merenggang saat Alena naik haji, dan disana ia bertemu dengan Khaidir, guide blasteran Arab-Jawa Timur. Ia bersusah payah menutup hatinya dari Khaidir yang mencoba mendekatinya, untuk Haikal. Tapi apa mau dikata.  Sepulang dari haji justru Haikal-lah yang memutuskan pertunangan. Dan...bagaimanakah endingnya...? Makanya, baca dong...baca...hehe.
Berpenerbit M!zan, dari labelnya, dari sampulnya, pertama kali aku berpikir bahwa ini adalah novel Islami. Ya...memang sih, dari keseluruhan cerita, setting utamanya ada di Mekkah-Madinah pada saat ibadah haji berlangsung. Meski begitu, yang aku tangkap, isinya justru lebih dominan ke cerita-cerita “klasik” macam novel tenlit. Walaupun di sana-sini ditambah dengan istilah-istilah yang religius..tapi ya tetap saja. Hmm...sedikit kecewa juga. Banyak juga dialog-dialog yang pakai English. Buat pembaca yang sudah familier sih it’s okay, no problem. Tapi bagi yang masih sedikit alergi sama English, terpaksa sedikit memfungsikan tangan, meraba kanan-kiri, siapa tahu dapat kamus ;P.
Secara keseluruhan novel ini enak dibaca juga kok. English talking nya keren... d(^.^)b penggambaran detail peristiwa dan alur nya pun bisa dibilang bagus, enak diikuti. Endingnya aku suka. So.... Ayo buruan baca......! ;)
 

Judul: Alena; Selubung Cinta Sepanjang Muzdalifah
Pengarang: Ifa Avianty, penulis Buku Strowberry Shortcake
Penerbit: Mizania
Tebal: 253 +

Kamis, 17 Desember 2009

Pendakian Ini



Ku melangkah menyusuri lembah-lembah kehidupan,
bertumpu pada kaki mungil ini yang tak tahu arah tujuan,
di sana tak kutemukan apapun kecuali hamparan pohon-pohon yang menjulang tinggi, menutupi sinar mentari
Aku menanyakan pada diriku sendiri, sebenarnya kemanakah kaki kecilku ini melangkah?
Jalan setapak hadir menemani setiap pijakanku ke bumi
Hingga sampai pada jalan yang bercabang
Jalan yang satu menurun dan tampak indah,
Dengan di kanan kirinya diselingi bunga-bunga setaman yang baunya sudah tercium dari tempatku berdiri sekarang
Jalan yang lain sangat terjal dan menanjak, pun juga diselingi bunga setaman, tapi dalam setiap tangkai terdapat duri-duri yang tajam
Hatiku gundah, jalan mana yang aku pilih?
Mau tak mau, aku harus memilih salah satu dari jalan ini
Akhirnya aku mantapkan hati
Dan jalan yang aku pilih adalah jalan yang menanjak dan terjal
Dan mudah-mudahan, di sanalah aku menemukan tujuanku,
Sebuah taman yang indah, tempat peristirahatanku yang terakhir
Pikirku,
Jalan terjal dan menanjak ini akan mengajarkanku tentang kehidupan
Belajar untuk tidak takut
Tidak mudah putus asa,
Dan tetap teguh,
Sabar untuk menapaki setiap langkah dalam hidupku...




dari buku Who Am I, buku kecil penuh inspirasi.

Sabtu, 22 November 2008

ANGKATAN PERTAMA, ANGKATAN PENUH KEIKHLASAN DAN RELA BERKORBAN

Akreditasi. Siapa yang tahu arti penting akreditasi? Yang aku tahu, jika akreditasi menelorkan hurf B, bahkan A, maka itu berarti bahwa akan ada manusia yang berbondong-bondong masuk ke dalamnya. Nggak peduli apa jurusannya, nggak peduli nanti bakalan jadi apa. Yang penting adalah gengsi. Masalah biaya, itu urusan belakangan. Masih banyak jalan menuju Roma, masih banyak orang kaya yang bisa ngutangin. Asal bisa kuliah. Biar gak malu diliat ama tetangga.

Syarat akreditasi, ntu kampus harus punya lulusan dulu. Lha truz gimana nasib yang jadi kelinci percobaannya? Siapa yang mau? Pinternya, kampus punya akal. Memanfaatkan kepuyengan camaba-camaba yang lagi pusing cari kampus. Tau-tau.. ya gitu deh. Inilah kami, siap dijadikan penentu. Apakah jurusan ini akan diteruskan atau atau tidak. Sementara yang lain udah KBM, kami masih wara-wiri ngurus KRS. Dosennya belum punya, dan kami cuma terdiri dari satu kelas. Jadi anak tiri waktu OSPEK.

Inilah kami, siap pakai. Siap jadi pahlawan akreditasi. Siap menerima pandangan yang rada mengenyek, "Ooo..yang jurusan baru itu yaa..?"

Sabaaar.. Ikhlas...